Pencarian

GO-BLOG

Bacalah, Karena Membaca Menambah Pengetahuan

Kamis, 29 September 2011

Armenia

Armenia, "Հայաստանի Հանրապետություն" Hayastani Hanrapetutyun

ARMENIA

Republik Armenia atau dikenal sebagai Armenia saja (Tulisan asli dalam bahasa Armenia: "Հայաստան", Hayastan," Հայք", Hayq), adalah negara Eropa-Asia yang wilayah daratnya terjepit oleh negara lain. Negara ini berbatasan dengan Turki di sebelah barat, Georgia di sebelah utara, Azerbaijan disebelah timur, dan Iran serta eksklave (yang masih daerah Azerbaijan atau eksklave) disebelah selatan. Armenia adalah anggota dari Dewan Eropa dan Perserikatan Negara-Negara Merdeka dan selama berabad-abad menjadi daerah lintasan dan penyeberangan daerah timur dan barat.

Asal usul nama Armenia

Dalam bahasa Armenia, negara tersebut dinamakan Hayq, dan kemudian Hayastan, yang berarti tanah dari orang orang Haik, penambahannya istilahnya menjadikan nama Haik bagian dari imbuhan ‘-stan’ yang dalam bahasa Persia berarti tanah. Menurut legenda, Haik adalah keturunan dari Nabi Nuh yang merupakan moyang dari seluruh orang Armenia (menurut tradisi Armenia kuno).
Haik bermukim di kaki Gunung Arafat, dan meninggalkan Armenia untuk membantu pembangunan Menara Babel, saat ia kembali, ia dikalahkan oleh Bel seorang Raja Babilonia (beberapa peneliti beranggapan bahwa ia dikalahkan oleh Nimrod pada tanggal 11 Agustus 2492 SM dekat danau Van, sebelah selatan Armenia kuno (kini daerah ini masuk dalam daerah Turki).
Hayq adalah nama yang diberikan pada Armenia oleh negara-negara lain yang mengelilinginya. Nama ini diambil dari suku terkuat yang tinggal di tanah Armenia kuno, dan menamakan diri mereka ‘’Armens’’. Secara tradisional nama ini diturunkan dari Armenak atau Aram (keturunan Haik). Menurut penelitian yang dilakukan dari sisi Yahudi dan Kristen nama ‘Armenia’ diambil dari Har-Minni yang berarti Gunung Minni (atau Mannai). Penjelasan yang diambil dari masa pra-Kristen beranggapan bahwa Nairi, yang berarti tanah yang dialiri oleh sungai-sungai, adalah nama kuno yang diberikan untuk daerah pegunungan yang terdapat di negara itu dan nama ini digunakan oleh bangsa Assyriah sekitar tahun 1200 SM; namun Naskah Behistun yang terdapat di Iran dan dilansir berasal dari tahun 521 SM tercatat menuliskan Armenia.
Sejarah
Armenia telah didiami oleh manusia sejak zaman prasejarah, dan telah diusulkan merupakan tempat situs dari Taman Firdaus termuat di Alkitab.
Armenia adalah daerah kekaisaran yang kaya akan budaya hingga pada akhir abad 1, dan daerahnya terbentang mulai dari Laut Hitam hingga Laut Kaspia serta Laut Mediterania pada zaman pemerintahan Tigranes Agung. Namun lokasi strategis Armenia yang terletak diantara dua benua telah menjadi magnet untuk banyak penjajah, termasuk bangsa Assyriah, Persia, Yunani, Romawi, Bizantium, Mongol, Arab, Turki Ottoman, dan Mongolia.
Pada 301 M, Armenia menjadi negara pertama di dunia yang mengakui Agama Kristen sebagai agama resmi suatu negara, dua belas tahun sebelum Kekaisaran Romawi memberikan toleransi resmi untuk agama Kristen dibawah Galerius, dan 30-40 tahun sebelum Konstantin di baptis. Walaupun ada komunitas-komunitas keagamaan lain sebelum Kristen, saat negara ini dijajah komunitas-komunitas ini dialihkan agamanya oleh para penyebar agama Kristen (misionaris).
Setelah berulangkali dijajah dan dirubah oleh dinasti-dinasti yang berbeda termasuk oleh Parthian (Iran), Romawi, Bizantintium, Arab, Mongol, dan Persia – Armenia menjadi lemah. Pada tahun 1500an kekaisaran Ottoman dan Safavid Persia membelah Armenia.
Di tahun 1813 dan 1828, Armenia modern (terdiri dari Erivan dan Karabakh yang masih merupakan daerah kesultanan Persia) dijadikan salah satu daerah Kekaisaran Rusia untuk sementara. Adanya Revolusi Bolshevik di Petrograd memungkinkan Armenia menjadi republik merdeka dalam waktu yang singkat, kemudian menjadi bagian dari Uni Soviet lagi. Wilayah Armenia yang dikuasai Uni Soviet kemudian digabungkan dengan wilayah Georgia dan Azerbaijan menjadi Republik Sosialis Soviet Transkaukasus tahun 1922 dan 1936.
Lalu pada tahun 1936 sampai 1991 Armenia berdiri menjadi wilayah sendiri sebagai Armenia SSR walaupun masih menjadi bagian dari Uni Soviet.
Pada masa-masa akhir Kekaisaran Ottoman pada tahun 1915 hingga 1922, sebagian besar dari penduduk Armenia yang tinggal di Anatolia "hilang". Hal ini kemudian dikenal sebagai pembantaian orang Armenia atau Genosida Armenia, yang diyakini oleh orang-orang Armenia dan sebagian besar sejarahwan barat sebagai pembunuhan masal yang didukung/ dilakukan oleh pemerintahanan suatu negara. Namun otoritas Turki membantah hal ini dan berkeras bahwa angka kematian yang terjadi adalah akhibat dari perang sipil dan diperparah dengan penyebaran wabah penyakit dan kelaparan dan korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Perkiraan angka jumlah penduduk Armenia yang terbunuh berkisar dari 650.000 hingga 1.500.000 dan kejadian ini diperingati setiap tahun pada tanggal 24 April. Rakyat Armenia dan beberapa negara lainnya di dunia telah berkampanye selama 30 tahun agar kejadian ini diakui sebagai tindakan Genosida yang brutal, namun banyak negara lain memberikan tekanan pada gerakan ini dan tidak ingin mengakui secara sah bahwa pembantaian masal di Armenia digolongkan sebagai genosida.
Armenia masih disibukkan oleh konflik berkepanjangan dengan Azerbaijan mengenai Nagorno-Karabakh, enklave yang sebagian besar didiami oleh rakyat Armenia. Menurut Armenia Nagorno-Karabakh menjadi bagian dari Azerbaijan akibat ulah Stalin yang memasukkan daerah tersebut menjadi bagian dari Soviet Azerbaijan. Konflik militer antara Armenia dan Azerbaijan dimulai pada tahun 1988, dan peperangan memuncak saat kedua negara merdeka dari Uni Soviet tahun 1991. Pada bulan Mei 1994, saat gencatan senjata, angkatan perang Armenia berhasil mengambil alih tidak saja Nagorno-Karabakh tetapi juga daerah-daerah lainnya yang disengketakan dengan Azerbaijan dan dinyatakan sebagai haknya.
Keadaan ekonomi kedua negara ini dalam keadaan pincang akibat perang yang berkepanjangan dan tidak adanya resolusi damai.
Provinsi
Armenia terbagi menjadi 11 provinsi (marz):
  1. Aragatsotn "(Արագածոտնի մարզ)"
  2. Arafat "(Արարատի մարզ)"
  3. Provinsi Armavir "(Արմավիրի մարզ)"
  4. Geghark'unik' "(Գեղարքունիքի մարզ)"
  5. Kotayk "(Կոտայքի մարզ)"
  6. Lorri "(Լոռու մարզ)"
  7. Shirak "(Շիրակի մարզ)"
  8. Syunik' "(Սյունիքի մարզ)"
  9. Tavush "(Տավուշի մարզ)"
  10. Vayots' Dsor "(Վայոց Ձորի մարզ)"
  11. Yerevan "(Երևան)"
Bahasa

Kebanyakan Armenia Sirilik (92%), Rusia (8%).


Genosida Armenia


Genosida Armenia (bahasa Armenia Հայոց Ցեղասպանութիւն Hayoc' c'ejaspanut'iwn; bahasa Turki Ermeni Soykırımı) merujuk kepada sebuah peristiwa sekitar Perang Dunia I (dari tahun 1915 - 1917) ketika menurut laporan beberapa pihak banyak orang Armenia dibantai oleh tentaraKerajaan Ottoman Turki.
Turki sampai sekarang masih menyangkal adanya pembantaian atau genosida. Namun mereka mengakui bahwa memang terjadi kematian secara besar-besaran yang terjadi karena peperangan dan hal-hal yang bersangkutan seperti wabah penyakit dan kelaparan. Namun hal ini tidak terjadi secara sistematis.
Namun sebagian besar ilmuwan dari negara barat dan Rusia menyatakan bahwa sebuah genosida pernah terjadi dan hal ini dilaksanakan secara sistematis oleh kaum Turki Muda. Sampai saat ini ada 22 negara yang mengakui adanya genosida ini.
Latar Belakang

Selama berabad-abad, Armenia ditaklukkan oleh orang Yunani, Romawi, Persia, Bizantium, Mongol, Arab, Turki Ottoman, dan Rusia. Sejak abad ke-17 hingga masa Perang Dunia I, sebagian besar tanah orang Armenia dikuasai oleh orang Turki Ottoman, yang mengakibatkan orang Armenia menderita akibat diskriminasi, penganiayaan agama, pajak yang berat dan tindakan kekerasan, meski mereka merupakan salah satu suku bangsa minoritas terbesar di kerajaan Ottoman..
Akibat munculnya nasionalisme Armenia, orang Turki membantai beribu-ribu orang Armenia antara tahun 1894 hingga 1896. Akan tetapi pembantaian yang paling mengerikan terjadi pada bulan April 1915, saat berlangsungnya Perang Dunia I. Ketika itu orang Turki melakukan pembersihan etnis dengan menggiring orang-orang Armenia ke gurun pasir Suriah dan Mesopotamia. Menurut perkiraan para sejarawan, antara 600.000 hingga 1,5 juta orang Armenia dibunuh atau mati kelaparan dalam peristiwa ini. Pembantaian terhadap orang Armenia konon merupakan genosida pertama pada abad ke-20.
Posisi Pemerintahan Turki
Hingga sekarang pemerintahan Turki tidak mau mengakui kejahatan tersebut dengan menyatakan bahwa jumlah korban yang jatuh lebih kecil dan mereka mati karena perang saudara bukan karena pembersihan etnis. (Selama bertahun-tahun, kebanyakan negara Barat sendiri menghindari isu ini demi menghormati Turki yang menjadi sekuler setelah pemerintahan Kemal Ataturk). Pada kenyataannya, ditutup-tutupinya pembantaian ini sendiri — baik oleh orang Turki maupun pemerintahan Barat — konon memberikan inspirasi kepada Hitler untuk membantai orang Yahudi, meskipun hal ini masih menjadi kontroversi.
Sementara itu Uni Eropa bahwa salah satu persyaratan bagi Turki untuk masuk ke Uni Eropa ialah dengan mengakuinya genosida ini.
Di sisi lain ada semakin banyak pakar dan ilmuwan Turki yang mengakui pernah adanya genosida ini. Mereka antara lain adalah Taner Akcam, Fatma Muge Gocek dan Halil Berktay.
Pengakuan Adanya Genosida Armenia
Negara-negara dan organisasi internasional berikut mengakui bahwa Genosida Armenia memang pernah terjadi:

  1. Armenia
  2. Belanda
  3. Belgia
  4. Dewan Eropa
  5. Italia
  6. Kanada
  7. Libanon
  8. Perancis
  9. Polandia
  10. Rusia
  11. Siprus
  12. Swedia
  13. Swiss
  14. Uni Eropa
  15. Uruguay
  16. Yunani
  17. Vatikan
  18. Beberapa Negara Bagian Amerika Serikat
  19. Argentina
Armenia

Lagu Kebangsaan : Mer Heyrenik
Ibukota : Yervan
Bahasa Resmi : Armenia
Pemerintahan : Republik
Presiden : Serzh Sargsyan
Perdana Menteri : Tigran Sargsyan
Kemerdekaan : Dari Uni Soviet
Proklamasi : 23 Agustus 1990
Pembentukan : 21 September 1991
Luas Total : 29.800km
Air : 4,7%
Penduduk :
- Perkiraan 2006 : 2.976.000
- Sensus 1989 : 3.288.000
- Kepadatan : 100/km
PDB (KKB) Perkiraan 2005
- Total $12,34 miliar
- Perkapita $3.806
Mata Uang : Dram (AMD)
Zona Waktu (UTC+4)
Musim Panas DST (UTC+5)
Ranah Internet : .am
Kode Telepon : 374

Minggu, 18 September 2011

Yahudi Rasisme dan Politik Dunia

Munculnya wacana tentang Zionisme telah lama mendapat perhatian khusus dari masyarakat internasional. Terutama, ketika keyakinan tersebut menginginkan untuk membentuk Negara independen (Negara Israel) sebagai perwujud dan “perasaan” dipilih oleh Tuhan.
Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang setiap kejahatan yang didalangi oleh Yahudi, selayaknya kita perlu menelaah ulang pernyataan D’Esraeli dalam bukunya Coningsby (p.25), “Dunia sekarang diperintah oleh orang-orang dengan cara yang berbeda dari apa yang ada dalam pikiran orang-orang yang tidak mengerti hakekat persoalan”.
Begitu juga dengan Otto Von Bismarck yang menggambarkan adanya sebuah kekuatan yang tidak terlihat, namun keberadaannya bisa dirasakan, hal ini yang biasa dinamakan dengan Imponderabilia, yang artinya “Tidak Bisa Dibayangkan”.
George Dallon dalam “The War Of Anti-Christ With The Chwirtian Civilization” menyimpulkan, bahwa para anggota Freemasonry tidak menyadari adanya persekutuan rahasia dibalik organisasi tersebut, bahkan pemimpin serta anggotanya, dibalik ini semua tidak lain adalah adanya “Tangan Tersembunyi” Yahudi yang mendalangi seluruh persekutuan tersebut.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh Yahudi di atas dapat diketahui bahwasannya “gerakan terselubung” yang dilakukan oleh sesepuh Zionis akan lebih mudah dalam menguasai dunia. Sebab semua agenda telah tersusun rapi dalam dokumen-dokumen yang dicantumkan dalam protokol Yahudi. Karena gerakan Zionisme yang diciptakan oleh mayoritas kaum Yahudi merupakan rancangan besar yang mensyaratkan terciptanya Negara Yahudi yang nantinya tidak menutup kemungkinan mampu menguasai dunia internasional.
Maka untuk mengetahui rancangan besar tersebut akan diuraikan oleh penulis khususnya yang berhubungan dengan ideology konspirasi Yahudi sebagai usaha menguasai dunia dan menjadikan Negara non-Yahudi sebagai budak yang akan melayani para Zionis Israel.
Zionisme Sebagai Gerakan Politik
Untuk menentukan siapa sebenarnya kaum Yahudi pada hakekatnya tidak ada patokan khusus didalamnya. kaum Yahudi seringkali mengklaim bahwa mereka adalah keturunan Abraham dari garis Abraham-Isaaq-Jacob. Namun pada kenyataannya mereka sendiri kesulitan dalam menentukan siapa yang patut disebut sebagai Yahudi. Istilah “Yahudi” (Inggris: Jews, Prancis: Juif) sebagai bangsa dan agama diambil dari kata Latin “Judaeus” yang seringkali menunjuk bangsa Yahudi atau Israel (Jacob).
Dalam perjanjian lama, istilah ini menunjuk pada rakyat kerajaan Judah yang dikontraskan dengan gentelis (non Yahudi), sedangkan dalam perjanjian baru, istilah jew diterapkan untuk orang yang secara etnis atau agama adalah Yahudi, namun lebih menekankan unsur etnis. [Baca: “Tinjauan Historis, Konflik Yahudi, Kristen, Islam” Adian Husaini, Jakarta: GIP, 2004, p.19]
Sebagian sejarahwan berpendapat, bangsa Yahudi merupakan bangsa campuran (mixed race) yang dipersatukan oleh satu nasib dan watak. Mereka mengembara sebagaimana kaum Gypsy pada masa jahiliyah, atau Syatharien dan Iyarien (vaga bonds) pada masa Abbasiyah. Dalam pengembaraanya kaum Yahudi telah menyerbu dan merampok harta penduduknya, kemudian membentuk komunitas yang memiliki karakteristik tersendiri dan bahasa campuran antara bahasa klasik seperti Syiriak, Akidan dan Bahasa Phisian. Dasar yang melandasi pola pikir dan tingkah laku Yahudi tidak lain adalah ajaran Talmud yang masih mereka pegang sebagai kunci rahasia karena hanya mereka sajalah yang lebih mengetahui akan isinya. Sampai sini dapat kita katakan, agama Yahudi yang cenderung sebagai agama samawi sekarang telah menjadi “Organisasi Rahasia” yang menginginkan berdirinya 1000 negara Yahudi di seluruh pelosok dunia.
Tentang Zionisme telah banyak dijabarkan oleh Nathan Birnbaun dalam jurnal Selbstermanzipation tahun 1890 dan telah diadopsi oleh Theodor Herzl dan pengikutnya pada kongres pertama tahun 1897. Theodor Herzl (1860-1904) adalah tokoh utama Zionis modern, ia lahir pada 2 mei 1860 di Pesta (tahun 1872, berubah nama menjadi Budapeit). Hungaria dan meningal 3 Juli 1904 di Austria, ia dijuluki sebagai “The Father of Modern Zionism”, ayahnya bernama Jacob, seorang bankir dan bisnisman yang sukses, ia berinisiatif bahwasannya permasalahan kaum Yahudi akan mampu terselesaikan dengan menggunakan teori “Asimilasi”, untuk mendirikan suatu Negara Yahudi.
Sebagai bukti dari keseriusannya, ia berhasil mengadakan kongres Zionis pertama, dalam catatan hariannya yang terkenal setelah kongres Zionis 1 berbunyi: “…saya telah mendirikan Negara Yahudi, jika aku mengatakannya hari ini, aku akan ditertawakan oleh seluruh alam semesta, dalam waktu lima tahun, mungkin. Dan dalam waktu lima puluh tahun pasti, setiap orang akan menyaksikannya”. Hal itupun terbukti setelah berdirinya Negara Israel pada 14 mei 1984, tepatnya 50 tahun 3 bulan.
Sebagaimana contoh lainnya telah dikatakan oleh Ben Gurion (nama aslinya David Gruen), pemimpin Zionis Israel, pada tanggal 31 Agustus 1949.
“Walaupun kami merealisasikaan mimpi kami untuk menciptakaan sebuah Negara Yahudi, kami masih berada dalam tahap permulaan. Tugas masa depan kami adalah membawa seluruh orang Yahudi ke Israel. “ [“Armageddon, Peperangan Akhir Zaman Menurut Al-Qur’an, Hadits, Taurat Dan Injil, “ Ir. Wisnu Sasongko, M.I, GIP, 2003]
Dari sini dapat diketahui bahwa agenda-agenda yang direncanakan bukan hanya wacana yang bersifat sementara, namun agenda tersebut bagaikan ular berbisa yang siap memangsa Negara manapun yang berusaha untuk menghalangi usahanya. Meskipun butuh waktu bertahun-tahun untuk merealisasikannya.
Menurut Roger Geraudy, Zionisme menganut Rasisme sebagai sebuah gerakan politik. Paham ini berpautan secara sempurna yang mengilhami segala undang-undang serta tindakan Israel. Rasisme ini merupakan prinsip utama yang mengorganisasikan rencana yang telah disusun oleh Theodor Herzl sebagaimana telah diungkapkan dalam bukunya “The Jewish State”. Berbagai bentuk rasisme ini juga banyak diungkap dalam dokumen-dokumen rahasia sesepuh Zionis sebagaimana dalam diary catatan-catatan hariannya yang dipaparkan secara mendetail mengenai program Zionis Yahudi dalam upaya menguasai dunia dengan jalan menghalalkan berbagai cara..
Setelah berhasil mendirikan Negara Yahudi (Israel) pada tahun 1984 dan menyatukan pikiran untuk segera mengumpulkan seluruh kaum Yahudi disatu Negara (tanah palestina yang dijanjikan), mereka membentuk satu peradaban baru hingga saat ini masih dipertahankan. Peradaban tersebut adalah sekularisasi agama. Israel modern yang merupakan produk dari sekularisme dan kecenderungan beragama masih memiliki hubungannya dengan Zionis. Terkecuali dengan kelompok anti Zionis dari kaum Yahudi di dunia, adapun karakter yang dimiliki Negara Yahudi yaitu beragama dan sekuler, bahkan mereka meyatupadukan antara keduanya. Hal inilah yang saat itu dan nantinya akan dijadikan doktrin utama untuk menguasai kebijakan-kebijakan Negara lainnya seperti, melumpuhkan perekonomian, agama, budaya, bahkan ilmu pengetahuan pun akan mereka sekulerkan dengan cara mereka.
Dari penggunaan istilah Zionisme untuk memberi nama gerakan politik sekuler pragmatis kaum Yahudi, telah tampak betapa cerdas kaum Yahudi dalam menyusun ideology mereka.
Karen Armstrong menulis dalam bukunya “A History of Jerussalem”, meskipun banyak aktivis sesepuh Zionis adalah orang sekuler yang tidak lagi percaya teologi tradisional judaisme, mereka telah menyebut gerakan mereka dengan salah satu nama kota suci, tempat untuk masa yang panjang memiliki persepsi sebagai penyelamatan. Mereka juga mengekspresikan tujuan-tujuan mereka dalam perumpamaan Yahudi konvensional,” demikian tulisnya.
Rencana yang tertanam dalam ideology Zionis bukan hanya permainan politik semata melainkan rencana setan yang akan menjebak dunia internasional kedalam lubang hasil konspirasi.
Propaganda yang lama dilakukan oleh Zionisme terhadap Negara lain hanyalah sebagai gerakan politik yang direncanakan untuk memperlancar jalan menguasai dunia.
Sebagaimana diungkapkan oleh R. Garaudy, ada tiga serangkai penjahat Zionis yang selalu mencari jalan untuk memprofokasi terjadinya bentrokan antar Negara maupun manusia demi kepentingan politik Yahudi.
Pertama: Begin yang oleh Ben Gurion digambarkan sebagai “tipe manusia Hitler yang paling lengkap”. Ia berhasil melakukan serangan terhadap orang Palestina pada 14-15 oktober 1953.
Kedua: Ariel Sharon. Ia orang kedua Zionis yang membantai Bani Suheila di Khan Yunis pada malam 31 agustus 1955.
Terakhir, Itzhak Shamir. Ia dikatakan manusia yang paling getol berbuat rasisme demi terbentuknya Negara Yahudi di Palestina, di sinilah letak politik yang berpedoman pada pragmatis serta rasisme, Adapun gerakan politik yang mulus bahkan hampir tidak diketahui oleh khalayak ramai tersebut terjadi karena adanya konspirasi yang berasaskan Ideologi Zionis.
Ideologi Konspirasi: Penghancur Dunia
Sejak berabad-abad silam, Israel tak pernah berhenti melakukan kekejaman kepada rakyat palestina, sejak sebelum pemerintahan Turki Ustmani (Ottoman dibawah pimpinan sultan Abdul Hamid II (1876-1909 M), Perang Salib, hingga kini. Baik di Palestina, Inggris, Spanyol hingga Negara lain, Israel terus memerangi umat islam. Sifat kejam dan angkuh memang sudah menjadi sifat kaum Yahudi. Mereka ingin menampakkan bahwa Israel adalah Negara Yahudi yang dipilih tuhan sebagai tuan di dunia ini dan Negara lainnya merupakan pembantunya.
Negara Israel merupakan wilayah kecil tidak lebih dari 8000 mil atau 28.000 km persegi. [Baca: Lihat Tulisan Don Peretz & Glideon Doron, Dalam “The Government And Politics Of Israel”, 1997, P.].
Yahudi, dengan penduduk sedikit tidak pernah merasa canggung untuk menyerang Negara yang lebih luas dan lebih banyak penduduknya sebab mereka memiliki kekuatan militer serta mendapat dukungan penuh dari Negara yang berhasil mereka lobie demi tercapainya rencana untuk menghancurkan islam. Sebagai misal,
Penyerangan Israel terhadap palestina yang mendapatkan dukungan dari kalangan Kristen fundamentalis dengan menggunakan hak historis Israel atas palestina, dengan merujuk pada kitab kejadian 12:3 “aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau dan olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat”. Dengan ini Zionis merasa ada kewajiban untuk memerangi siapapun yang mereka anggap sebagai musuh penghalang tujuan.
Gerakan Zionis yang disebut dengan Fremansory merupakan organisasi rahasia yang menegaskan nilai humanisme daripada keagamaan. Gerakan ini didirikan di London pada 1717, pengaruh fremansori terhadap gerakan revolusioner Jeunes Turcs (orang turki muda), yang pada tahun 1908 menggulingkan pemerintahan otoriter Sultan Abdul Hamid II. Gerakan ini terdiri dari perwira muda dan cendekiawan yang dipengaruhi pemikiran revolusi Perancis. Basis utamanya adalah kota Selanik (Thessaloniki, sekarang di Yunani), kota Ustmani yang paling modern dengan penduduk Yahudi yang paling banyak.
Di Indonesia, gerakan ini pernah mempengaruhi organisasi Budi Oetomo, dalam organisasi ini terdapat anggota Fremasonry yaitu Tirtokoesoemo), gerakan tersebut dikepalai oleh Weiz Howight yang kemudian diberi nama samaran “perkumpulan cendekiawan Zion” yang oleh Yahudi disebut dengan perkumpulan nurani Yahudi.
Menurut Don Peretz & Glideon Doron, rahasia Zionisme terletak pada adanya persekongkolan (konspirasi) antara Zionis dengan “kemanusiaan”. Adanya singgungan kebenaran dengan kejahatan menjadi satu sumber utama yang mana kebenaran diwakili oleh keberadaan agama samawi sedang yang lain lebih bersifat membinasakan. Konspirasi tersebut telah menjadi latar belakang berbagai sejarah, prinsip kemanusiaan digunakan sebagai senjata yang akan meletakkan paham atheisme dan menghancurkan Negara islam.
Jendral Pyke penerus pimpinan tertinggi kekuatan setan dan juga pimpinan konspirasi internasional sebagai pewaris Freemasonry, pernah menulis surat yang ditujukan kepada Freemasonry pusat (Amerika, 14 Juli 1889) yang menginginkan pembentukan formasi baru sebagai penentang kebenaran. Surat tersebut berisikan ideologi konspirasi mereka yang selama ini terselubung dan dijadikan pedoman bagi Zionisme internasional. Adapun tujuan pembentukan organisasi rahasia dan terselubungnya rahasia konspirasi serta idelogi konspirasi yang didasarkan pada jabatan dan golongan inilah yang menjadikan para pengamat sejarah sulit untuk mengungkap rahasia konspirasi dan hakekat Freemasonry.
Di antara isinya adalah sebegai berikut: “kita harus mengatakan kepada umum, bahwa kita menyembah tuhan. Namun tuhan kita tidak lebih dari sekedar ungkapan ketakutan manusia kepada hal-hal yang tidak diketahui dengan pasti. Kita telah sampai pada tingkat pengetahuan tinggi harus mempertahankan keberhasilan iman sejati kepada ketuhanan setan. Benar, setan adalah “tuhan” kami. Hanya karena nasib buruk semata, tuhan allah juga disebut tuhan. Karena keberadaan dua tuhan yang saling bertentangan merupakan keharusan, maka tidak ada tuhan kecuali allah dan setan. Oleh karena itu, kita yakin bahwa hanya menyembah setan saja termasuk kekufuran nyata. Sebab. Kebenaran filsafar menunjukkan bahwa allah dan setan adalah dua tuhan dan punya kedudukan sejajar, dan setan adalah tuhan cahaya dan kebaikan. Tuhan setanlah yang sejak dulu hingga sekarang masih tetap menentang allah, tuhan kegelapan dan kejahatan.”
Dari sini dapat diketahui bahwasannya konspirasi yang dilakukan Zionis bersama sistem politik Negara yang mendukung kejahatan Yahudi memiliki tujuan yang satu. Mereka bersama menginginkan hancurnya dunia atau terhapusnya Islam dari muka bumi sehingga mereka leluasa untuk mendirikan Negara Yahudi di Palestina sebagai bentuk janji Tuhan. Untuk itu mereka melakukan berbagai konspirasi besama Negara yang telah berhasil dihasut. Sementara itu, kepandaian kaum Yahudi telah dimanfaatkan sebagai penggerak gerakan rahasia (Freemasonry) demi terwujudnya keinginan menguasai dunia.
Rasisme sebagai gerakan
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Zionis merupakan gerakan yang menjadikan rasisme sebagai asas gerakan politiknya. Mereka melakukan berbagai konspirasi berdasarkan kitab Talmud. Dengan keyakinan sebagai umat yang terpilih dan berhak atas kota suci (Palestina) maka kaum Zionis yakin akan keharusan melakukan segalanya (termasuk kekejaman dan penindasan), pernyataan Talmud inilah yang dijadikan sebagai ideology konspirasi mereka.
Untuk itu, solusi yang tepat adalah dengan memperluas pengetahuan tentang keberadaan agen Zionis yang lebih bersifat tertutup. Di samping itu sikap analisis kritis terhadap setiap kondisi sangatlah mendominasi terbentuknya kekuatan ideologi sehingga nantinya mampu menumbuhkan pribadi yang tangguh dalam menyikapi permasalahan yang ada.